PERJUANGAN DAHSYAT PARA PEMUDA 1945 – 1949 DI SUMATERA BARAT

Oleh: Dedi Asmara, SS
(Dosen Tetap Yayasan STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh)

Alhamdulilahhirobbillalamin… kita bersyukur kehadirat Allah SWT karena senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga bisa berkumpul diruangan ini. Selanjutnya salawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam berilmu pengetahuan seperti saat ini.
Hadirin yang terhormat…

Berbicara tentang tentang Perjuangan Kemerdekaan RI di Sumatera Barat/Tengah, secara kronologis ada beberapa point penting yang harus kita ketahui, yaitu:

Perang Kemerdekaan 1945

Titik api yang menyulut gejolak perjuangan saat itu dicetuskan di Jakarta lewat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, setelah itu segera menjalar ke hampir setiap pelosok negeri.

Sumatera Barat sebagian yang tak terpisahkan dari rangkaian proses revolusi nasional Indonesia dan cara-cara bagaimana daerah itu memberikan tanggapannya terhadap keadaan yang sedang berubah cepat pada masa revolusi tahun 1945 – 1949.

Kemampuan daerah itu dalam mengendalikan kekuatan – kekuatan revolusi di tingkat lokal dan hubungannya dengan daerah lain di Sumatera tampaknya sangat ditentukan oleh pembagian kekuatan yang saling berkaitan satu sama lain dengan konstelasi sejarah politik lokal dan nasional.

Dan ini sekaligus menjadi dasar untuk memahami mengapa daerah itu menjadi bagian yang penting dalam pentas sejarah perjuangan bangsa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda. Revolusi yang terjadi di Sumatera Barat jelas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan yang jauh lebih besar, yakni perjuangan bersama bagi kemerdekaan Indonesia.

Meskipun proses – proses revolusi kita pada mulanya meliputi Jawa dan Sumatera, komunitas bangsa yang dibayangkan oleh para pemimpin Indonesia pada periode ini mengacu kepada Hindia Belanda secara keseluruhan.
Hadirin yang terhormat…

Jadi bukan hanya Jawa dan Sumatera, melainkan semua daerah bekas jajahan Belanda di Indonesia. Pengalaman kolektif mereka sebagai suatu bangsa yang terjajah mempersatukan mereka dalam cita – cita proklamasi yaitu kemerdekaan dari penindasan penjajah.

Dengan begitu, realitas sejarah yang sedang dihayati oleh pelaku revolusi pada waktu itu sungguh – sungguh sangat berlawanan secara diametral dengan Belanda yang bermimpi untuk kembali membangun imperiornya di Indonesia.

Inilah periode dimana orang menyaksikan gejolak perubahan – perubahan drastis dan dramatis yang ditandai oleh aksi – aksi kekuasaan dan pemutusan hubungan dengan masa lampau yang kolonial.

Sebelum pasukan sekutu (yang diboncengi tentara Belanda) datang ke negara ini pada tanggal 10 Oktober 1945, hampir seluruh pelosok Sumatera Barat dalam keadaan terbakar.

Kelompok pemuda yang pernah memperoleh pendidikan militer Jepang baik lewat Gya Gun dan Heiho memiliki citra tersendiri di kalangan masyarakat.

Sebagai generasi muda terpilih yang mendapatkan latihan militer dan cara berorganisasi sekedarnya dan program militerisasi Jepang, mereka ini kemudian merupakan kekuatan pendorong yang amat andal dan menjadi cikal bakal dari kekuatan tentara keamanan pada semua revolusi.

Sampai tingkat tertentu mereka telah menjalankan peranan kunci sebagai kelompok penekan dan ikut mempengaruhi gerak perjuangan dalam priode awal revolusi.

Hampir dalam semua peristiwa mereka menempatkan dirinya dalam organisasi pemuda dan kemudian menjadi pemimpin tentara keamanan / laskar – laskar sejak semula.

Tentara sekutu yang telah menduduki Kota Padang berusaha mengambil alih gedung – gedung penting di Kota Padang, bahkan adanya gedung yang dikuasai Pemerintahan Republik direbut paksa oleh mereka.

Namun sebelum tentara sekutu memasuki Kota Padang, pasukan keamanan R.I dan barisan pemuda telah terlebih dahulu menguasai Kota Padang, yaitu :
1. Kelompok – kelompok pemuda bersenjata yang dipimpin oleh A. Husein berkedudukan di Jati dibantu oleh Rasjid di daerah Simpang Haru, Arief Amin didaerah Belatung (sekarang Jl. Sudirman).
2. Pasukan Anwar Badu di daerah Alang Laweh Seberang Padang dan Teluk Bayur. Sedangkan Daerah Bukit Putus di bawah pimpinan Yahya Usman dan Marah Yulius.
3. Pasukan Yusuf Ali yang memakai nama “ Black Cat ” bermarkas di bekas gedung konsul Jerman (yang sekarang dipakai untuk kantor Museum dan Perpustakaan Joang 45 Sumatera Barat) menguasai daerah Parak Kerambi dan Olo.
Hadirin yang terhormat…
Titik api yang selama ini menyulut gejolak perjuangan saat ini berubah menjadi gumpalan – gumpulan api diseluruh Kota Padang, karena pasukan musuh ingin kembali menguasai Kota Padang secara kekerasan, tetapi para pemuda pejuang kita tidak tinggal diam.

Dimana – mana terjadi bentrokan, kekacauan dan pembunuhan antara pasukan kita dengan tentara sekutu, tentara Belanda yang didukung oleh kaki tangannya.

Sebagaian besar penduduk Kota Padang jauh – jauh sebelumnya telah mengungsi keluar Kota. Kebanyakan mereka itu mengungsi ke daerah – daerah asalnya yaitu ke Solok, Sawah lunto, Bukittinggi dan Payakumbuh, bahkan bagi mereka yang belum mendapatkan penampungan dengan tidak segan – segan mengungsi di stasiun Padang Panjang, Solok dan Bukittinggi, semuanya dengan dasar, dari pada dijajah oleh Belanda kembali, biarlah tinggal di tempat yang sederhana. “ Sekali Merdeka Tetap Merdeka ”.

1. Peristiwa yang pertama terjadi : Perampasan Senjata di Ulu Gadut
Pada permulaan Oktober 1945 pemuda bersenjata kita bergerak ke Ulu Gadut (Indarung) untuk merebut senjata yang berada di bawah pengawasan Jepang.
Penyerangan ini dipimpin oleh pemuda Rasjid, Abdullah Aceh, A.Rahman, Aladin, Uncu, Abdullah Kaigua, Maksun Musa dan Kundur. Setelah terjadi tembak menembak dengan tentara Jepang, pasukan kita berhasil merampas senjata yang terdiri: empat senapan mesin ringan, 30 pucuk senjata bermacam jenis dan peluru beberapa peti. Karena gencarnya serangan kita, musuh tidak bisa keluar dari posnya dan pasukan kita kembali dengan selamat.

2. Peristiwa Olo.
Pada tanggal 25 Nopember 1945 terjadi penyerbuan oleh pemuda – pemuda bersenjata kita di salah satu rumah yang didiami oleh bekas tawanan Jepang yang dari Bangkinang.
Mereka yang tinggal dirumah itu senantiasa memperlihatkan sikap angkuh serta provokatif dan menghina kemerdekaan R.I.
Serangan ini dilakukan pada malam hari di saat – saat mereka lengah, pemuda pejuang kita menyerang secara serentak dan membakar habis rumah yang didiaminya itu.
Akibatnya sebagian mereka mati terbakar dan sisanya ditangkap, dibawa keluar kota.
Pihak sekutu dibantu oleh NICA (Nederland Indie Civil Administration) dan kaki tangannya melancarkan serangan, mengepung dan menggeledah dan menangkap terutama sekali para pemuda pemuda di koto Marapak, sebuah kampung yang terdekat dengan tempat peristiwa Olo.
Usaha pihak musuh berhasil menangkap pemuda Syarif. Pengadilan Belanda menjatuhkan hukuman mati kepada pemuda Syarif pada tanggal 27 Maret 1947. Pelaksanaan hukuman mati itu dilakukan di dalam penjara Muara.
Sebelum ditembak, Syarif tidak ada mengajukan permintaan terakhir, selain dia mengucapkan pantun yang berbunyi:
Di atas pisang di bawah jantung
Di tengah – tengah pohon kelapa
Biar di tembak atau di gantung
Asal Indonesia tetap Merdeka
Ucapan Syarif yang terakhir itu dijadikan teladan oleh para pemuda kita untuk berjuang terus “ Merdeka atau Mati ”.
Hadirin yang terhormat…
3. Asrama NICA di Simpang Haru digempur
Pada tanggal 4 Nopember 1945 pasukan kita menyerbu asrama NICA di dekat sekolah Teknik di Simpang Haru.
Pertempuran di Simpang Haru ini adalah pertempuran antara tentara NICA dengan para pemuda, bahkan ikut bertempur pada waktu itu guru – guru dan anak sekolah Teknik. Mereka terlibat dalam pertempuransatu lawan satu tentara NICA, sehingga musuh kucar kacir.

4. Pencegatan di Jembatan Babuai
Tanggal 28 Nopember 1945 sebuah tank dari konvoi Inggris dicegat di jembatan Babuai / Kampung Durian dan beberapa orang tentara Inggris menderita luka – luka.
Dalam pertempuran ini pasukan kita gugur sebagai pahlawan yaitu Bustamam, Bustami dan Julius. Rumah – rumah rakyat habis dibakar oleh musuh.
5. Peristiwa Sungai Baramas
Pada tanggal 5 Desember 1945 terjadi pencegatan oleh pemuda kita di daerah Bukit Sikabau dekat sebuah Menara api (mercu suar).
Dari balik belukar, Kamaruddin seorang pemuda Indonesia Suku Bugis dengan tiga orang kawannya mengintip adegan asmara yang sedang dilakukan oleh dua sejoli. Saat itulah para pejuang kita melompat secara serentak membunuh kedua sejoli iu yaitu Mayor Anderson dari tentara Sekutu dan Nona Allingham dari Palang Merah Internasional. Satu tragedy yang sangat menimbulkan kemarahan pihak pimpinan tentara sekutu di Kota Padang.
Pembalasan – pembalasan yang tidak setimpal dilakukan oleh tentara Sekutu yaitu penangkapan atas diri kepala Kampung dan kepala Polisi Teluk Bayur.
Dan juga seluruh rumah sepanjang jalan mulai dari Bukit Putus, Gaung, Teluk Kabung dan Sungai Baramas dibakar dengan tidak diberi kesempatan mengeluarkan isi rumahnya.
Beratus – ratus rumah musnah dilalap api. Satu perbuatan yang benar – benar diluar peri kemanusiaan.

6. Pertempuran Rimbo Kaluang
Pada tanggal 21 Februari 1946 dibawah pimpinan A. Husein bersama – sama dengan barisan – barisan rakyat, pasukan Djamaluddin Wak Ketok, Abdullah Andjang, Maksum dan lain – lain melancarkan serangan serentak atas gudang senjata sekutu di Rimbo Kaluang.
Dalam pertempuran ini pasukan kita berhasil menghancurkan pos – pos pengawalan musuh dan membongkar gudang senjata Sekutu.
Pasukan sekutu banyak yang menjadi korban, berdasarkan laporan dari PMI Kota Padang, pihak sekutu korban mati dan luka – luka 40 orang.
Kerugian di pihak kita adalah Kopral Rivai dan Prajurit Bahar hilang yang tidak diketahui pekuburanannya. Di dalam pertempuran inilah untuk pertama kali terdengar sebutan “The Tiger Of Kuranji”.

7. Lapangan Terbang Tabing digempur
Pada tanggal 26 Mei 1946 pemuda pejuang kita melancarkan serangan ke lapangan Tabing di bawah pimpinan Mak Uniang, Rasidin dengan seluruh pemuda pejuang yang berada di front utara.
Serangan dilakukan pada malam hari. Semalam – malam pasukan kita dapat menguasai pelabuhan udara Tabing dan baru kembali pada jam 05.00 pagi.
Dua orang yang gugur sebagai Kusuma Bangsa yaitu Prajurit Bahar dan Prajurit Sanusi.
Hadirin yang terhormat…
8. Pertempuran di Gadut
Pada tanggal 19 Juni 1946, pasukan Belanda bergerak dengan dilengkapi senjata bantuan, sasaran musuh adalah untuk melepaskan tahanan – tahanan Belanda di Batu Busuk / Indarung.
Sekembalinya ke Padang, pasukan Belanda di hadang di Koto Tuo / Gadut oleh pasukan Rasyid, pasukan Arief Amin dan pasukan Anwar Badu.
Pertempuran secara frontal terjadi antara pasukan kita dengan pasukan Belanda. Tembak menembak terjadi di sepanjang jalan Bandar Buat ke Padang sampai jam16.00 sore.
Pada tanggal 26 Juni 1946 tentara sekutu kembali mengadakan serangan untuk menduduki Padang Besi. Musuh bergerak melalui Tanjung Saba, Tarantang dan sampai kedaerah belakang Padang Besi.
Dalam pertempuran inu pasukan musuh dapat dipukul mundur. Di pihak kita jatuh korban yaitu Jamaluddin, prajurit Jepang dan seorang lagi pejuang yang tidak dikenal.

Gugurnya Kapten Rasyid
Pada tanggal 14 Agustus 1946 sewaktu melakukan penembakan percobaan dengan beberapa jenis senjata di Indarung. Kapten Rasyid mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tewas seketika, dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya.
Peristiwa kecelakaan ini disaksikan oleh A.Husein serta pimpinan – pimpinan pasukan pertempuran lain. Kecelakaan terjadi sewaktu mencoba mortir 2 inci hasil buatan pabrik senjata Sawahlunto.
Diwaktu peluru dimasukkan, peluru meledak dalam tabungan dan memecahkan tabung pelontar mortir 2 inci itu.
Pecahan peluru itu dari tabung mortir tersebut mengenai tepat pada leher Rasjid yang lansung meninggal sebagai Kusuma Bangsa.

Hadirin yang terhormat…

Serangan udara atas Indarung dan Bandar Buat
Pada tanggal 8 Januari 1947, empat pesawat mustang musuh menyerang markas Batalyon di Indarung dan menembaki pasar Bandar Buat ( waktu hari pasar ) dan juga yang menjadi sasarannya rakyat dan anak kecil yang tidak bersalah di sepanjang jalan dari Lubuk Begalung sampai ke Indarung. Lebih kurang lima puluh korban bergelimpangan, Mayor Anwar Badu juga juga kena tembakan dari udara. Diwaktu rakyat akan membantu para korban, pasukan musuh menembaki orang – orang yang sedang mengumpulkan korban. Akibatnya para petugas Palang Merah yang dibantu oleh rakyat terpaksa menyingkir untuk menghindari korban yang lebih banyak. Baru, beberapa hari para korban dapat dikumpulkan dan dikuburkan pada malam hari dalam satu kuburan massal. Sungguh keji perbuatan Belanda itu rakyat dan anak – anak tidak bersalah ditembaki dengan membabi buta.

Serangan Serentak terhadap seluruh pertahanan musuh di Kota Padang
Dimalam hari takbiran seluruh kekuatan yang berada di Front Pertempuran Padang Area dikerahkan untuk mengempur kedudukan musuh di dalam dan sekitar Kota Padang. Pertempuran disaksikan langsung oleh Kolonel Dahlan Djambek Panglima Divisi III.
Sengaja datang ke pos pertempuran di dekat jembatan Maraparam / Lubuk Begalung. Seluruh pasukan yang dari Front Timur, Front Utara dan Front Selatan telah ditetapkan arah serangan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Malam itu kota Padang seakan – akan pecah oleh dentuman meriam, ,mortil dan granat tangan. Sebentar – sebentar udara menjadi merah oleh desingan peluru api musuh dan pihak kita.

Pasukan musuh tidak berani keluar dari perlindungan, sehingga Kota Padang diduduki pasukan kita sampai jam 05.00 pagi.
Sekembalinya pasukan kita dari pertempuran seluruh rakyat yang berada di perjalanan menyambut kedatangan mereka dengan penuh kebanggaan serta menyuguhkan nasi bungkus untuk sarapan pagi.
Kemudian diadakan sholat Idul Fitri bersama – sama rakyat di lapangan Indarung dan bertindak sebagai khatib adalah Kolonel Dahlan Jambek Komandan Divisi III / Sumatera Tengah.

Bermacam – macam dilakukan oleh pemuda pejuang kita untuk menteror musuh, umpamanya pasukan semut ( pemuda – pemuda tanggung ) yang berkeliaran di los lambung di pasar Kp. Juo dan mengusahakan mencuri senjata musuh yang sedang minum, melempari musuh yang sedang berjalan kaki sehingga mereka tidak berani untuk keluar dari pos terkecuali kalau berjalan lebih dari satu orang. Belanda tidak juga terkabul yaitu memperluas daerah yang akan didudukinya di Kota Padang, maka cara akal busuk mulai direncanakannya yaitu akan menyingkirkan /menahan pemimpin – pemimpin Republik yang berada di Kota Padang diantaranya Walikota Padang Bgd. Aziz Chan beserta wakilnya yaitu Said Rasad dan Inspektur Paksi Yahmy Anwar dan juga melumpuhkan kegiatan pemuda bersenjata yang berkeliaran di dalam dan di luar kota Padang.
Issue ini sampai juga ke telinga Walikota Padang Bgd. Aziz Chan yangmana Belanda ingin menyingkirkannya, mendengar issue ini, Aziz Chan dengan lantang dan dengan semangat yang mengebu – ngebu mengatakan kepada Belanda langkahi mayat saya dahulu kalau ingin memperluas kedudukan di Kota Padang ini.

Baginda Aziz Chan Walikota Padang dibunuh Belanda secara keji.
Pada hari Minggu tanggal 19 Juli 1947 jam 17:00 sore Baginda Aziz Chan Walikota Padang dibunuh oleh Belanda secara keji di daerah Nanggalo.
Setiba di Ulak Karang, kendaraan yang membawa Aziz Chan Walikota Padang dengan rombongan ditahan oleh tentara Belanda yang berjaga di jembatan Ulak Karang yang mengatakan Kolonel Van Erp, kepala keamanan tentara Belanda di Padang hendak berbicara. Sewaktu bertemu dengan Van Erp, langsung mengajak Aziz Chan untuk pergi ke Nanggalo karena disana katanya ada terjadi satu insiden yang perlu diselesaikan. Walikota dengan meninggalkan mobil dan keluarganya ikut dengan Van Erp dalam mobil jeep, dimana ada juga beberapa orang tentara Belanda termasuk kepala Intel Belanda Kapten Van Buren.
Di saat mobil berhenti di Nanggalo, kapten Van Buren langsung memukul dan menembak Aziz Chan. Aziz Chan dibunuh secara keji oleh Belanda dan jenazahnya dimakamkan di Taman Bahagia Bukittinggi. Dalam upaca pemakaman Residen Sumatera Barat mengucapkan pidato berkabung yang berisikan rangkaian jasa – jasa almarhum pada penutupnya ia mensitir Abraham Lincoln.
That nation under God shall have a new birth of Freedom.
That the Government by the people, for the people and of
The people shall not perish from the earth.
( Bahwa bangsa yang dilindungi oleh Tuhan akan mendapat
Kelahiran baru dari kemerdekaannya. Bahwa pemerintah dari rakyat
Oleh rakyat dan untuk rakyat tidak akan musnah dari muka bumi )

Aziz Chan telah dipanggil yang Maha Kuasa, ia akan selalu dikenang sepanjang masa. Bahkan pemerintah pusat telah menganugerahi sebagai Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya kepada Negara R.I.

Agresi Militer Pertama Belanda

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda mulai meluncurkan agresi pertamanya terhadap Republik Indonesia dengan mengadakan serangan secara besar – besaran diseluruh front. Angkatan perang Belanda bergerak keluar Kota Padang dengan kekuatan lengkap dan dilindungi oleh beberapa pesawat “Mustang” yang sangat ditakuti penduduk, terutama sesudah terjadinya pembantai di udara terhadap masa rakyat di Pasar Banda Buat.
Tampaknya pihak Belanda begitu yakin akan penyelesaian melalui pengerahan kekuatan. Pagi – pagi sekali dihari itu, kesatuan Tank dan brencarier mereka telah menerobos garis demorkasi ke seluruh front di Padang Area.
Pasukan musuh dapat menguasai jalan ke timur sampai ke Air Sirak, pertahanan kita mulai dari Rimbo Datar sampai ke Air Sirak, posisinya sangat startegis sehingga setiap serangan musuh dapat dipukul mundur.
Di front utara pasukan kita terus melancarkan serangan yang dipimpin langsung oleh Mayor Kamal Mustafa dengan dibantu oleh pasukan Mohammad Nur dari Bakapak dan pasukan bantuan Hasan Basri dari kompi Barayun.

Pertempuran di Tapakis
Pada tanggal 27 Juli 1947 pasukan Belanda menyerang pasukan kita yang berada di Jembatan Tapakis Lubuk Alung. Seluruh kekuatan pasukan pemuda bersenjata kita dikerahkan untuk menahan serangan musuh yang bermarkas di Lubuk Alung. Pertahanan kita juga diperkuat dengan pasukan Mobrig yang didatangkan dari Bukittinggi.
Pertempuran senggit terjadi mulai dari pagi hari sampai sore hari. Korban berjatuhan, dari pihak musuh jatuh korban beberapa orang dan semua korban di bawak ke posnya semula dan dari pihak kita dua anggota mobrig gugur sebagai kusuma bangsa, makamnya masih berada di halaman rumah didekat Jembatan Tapakis, atas permintaan rakyat setempat.

Front Selatan.
• Digempur dari darat, laut dan udara.
Agresi Belanda yang pertama tanggal 21 Juli 1947 ke front selatan dimulai dengan tembakan mortir yang menghujani, Sungai Baramas, Bukit Lampu, Bukit Sikabau oleh pasukan Belanda yang berkedudukan di Teluk Bayur.
Sasarannya adalah Siguntur, Angkatan lautnya mendarat di Teluk Kabung untuk Memutus hubungan pasukan kita yang berada di Sungai Baramas dan di Bukit Lampu. Pasukan kita dari angkatan laut, ditambah dengan pemuda – pemuda bersenjata menahan gerakan maju pasukan Belanda itu, sehingga baru sore harinya dia dapat melanjutkan gerakannya menuju Siguntur.

• Daerah yang dikuasai pasukan Belanda
Walaupun dapat meluaskan daerahnya ke luar Kota Padang, yaitu ke front utara sampai ke Tapakis Lubuk Alung, ke Timur sampai ke Air Sirah dan ke Selatan sampai ke Siguntur, pasukan kita masih tetap dapat bergerak untuk melakukan perang gerilya.

• Perjuangan didaerah yang dikuasai Belanda.
Setiap hari ada saja kegiatan dari pasukan kita untuk mengganggu musuh yang berada di dalam dan di luar Kota Padang. Siangnya di hadang dan malam harinya diserang pos – pos musuh sehingga tidak ada rasa aman dirasakannya.

• Aktivitas di garis belakang.
Disamping terjadi serangan – serangan digaris depan maka kegiatan di garis belakang tidak kalah mengimbanginya. Pasukan di garis depan di usahakan mendapat bantuan makanan yang tahan lama, obat – obatan dan bahan – bahan keperluan sehari – hari dikirimkan lansung kedaerah front oleh pasukan kaum ibu maupun kesatuan putri.

• Aktivitas di bidang politik dan diplomasi.
Agresi Belanda yang pertama terhadap Republik Indonesia menimbulkan aktivitas baru pula dibidang politik dan diplomasi, baik bersifat nasional maupun internasional.
Pihak Inggris dan Amerika menyatakan kekecewaan terhadap tindakan Belanda. Akhirnya soal Indonesia pada tanggal 31 Juli 1947 dimasukan kedalam acara Dewan Keamanan dengan salah satu keputusan adalah: kedua belah pihak supaya menghentikan permusuhan.

Meletusnya Agresi Militer Belanda Kedua.
Pada tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, wakil tinggi mahkota Belanda Dr. Beel menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan persetujuan Renville.
Pagi – pagi hari Minggu 19 Desember 1948 Kota Bukittinggi sekiter pukul 08.00 pagi diserang oleh kapal terbang Mustang Belanda. Yang menjadi sasarannya dalam markas Divisi dijalan Supiran. Ada juga bom – bom berjatuhan dilapangan terbang Gadut, menembaki kendaraan – kendaraan yang sedang berada disepanjang jalan Bukittinggi Payakumbuh dan Bukittinggi Padang Panjang. Banyak korban berjatuhan akibat tembakan dari udara itu.
Dalam keadaan yang kritis ini pada tanggal19 Desember 1948 Syafroeddin Prawira Negara para pejabat tinggi sipil dan militer, mengadakan rapat untuk membicarakan Pemerintahan Darurat.
Pemerintahan Darurat baru dapat dikukuhkan pada tanggal 22 Desember 1948 jam 05.00 pagi di Halaban / Payakumbuh.

• Pasukan Belanda mengerahkan pasukan darat, laut dan udara.
Pasukan Belanda memulai agresinya yang kedua pada dini hari ( 19 Desember 1948) dengan penekanan penyerbuan awal atas pertahanan pasukan kita di Air Sirah. Sasaran utama adalah untuk menyerbu markas Resimen III di Solok. Angkatan Udara Belanda juga mendaratkan pasukannya lintas udara di Danau Singkarak. Sehingga markas Resimen III di Solok dapat dikepung dari dua arah.

• Resimen II
Ketika dalam perjalanan dari Bukittinggi ketempat kedudukannya yang baru Mayor Alwi St. Maradjo komanda Resimen II yang bermarkas di Pesisir Selatan, tepat pada hari itu pula Belanda mulai melancarkan agresinya yang kedua.
Persiapan – persiapan di daerah Pesisir Selatan / Kerinci ini dapat terselengga, karena gerakan tentara Belanda ke selatan agak lambat dibandingkan dengan gerakan mereka ke jurusan utara dan timur.

• ResimenVI
Garis Front Utara bertambah luas, garis pertahanannya memanjang sepanjang jalan Padang ke Padang Panjang, sehingga diputuskan front utara diperkuat dengan tiga Batalyon lagi.
Pasukan Belanda untuk jurusan utara ini, sengaja memperlambat gerakannya karena medan yang akan dilaluinya di Lembah Anai sangat berat. Oleh sebab itu musuh menunggu pasukan yang dari timur, akhirnya pasukan Belanda yang dari utara, baru dapat melewati Lembah Anai sesudah dibantu oleh pasukan Belanda yang dari Solok.

• Bukittinggi diduduki Belanda
Pada malam harinya tanggal 21 Desember 1948 ibu kota Bukittinggi telah mulai ditinggalkan, bukan saja oleh pejabat, angkatan perang serta kepolisian, tetapi juga oleh rakyat banyak yang membawa kebutuhan sehari – hari ala kadarnya. Bukittinggi dibumihanguskan, api menjulang tinggi di udara. Besoknya tanggal 22 Desember 1948 Belanda memasuki Kota Bukittinggi dalam keadaan kosong yang tidak bertuan.

• Dibidang pertahanan.
Sejak semula sudah disadari bahwa pertempuran secara frontal, tidak mungkin dilaksankan karena tentara Belanda mempunyai persenjataan yang lengkap dan modern. Berhubung dengan itulah pertahanan kita dipindahkan keluar Kota untuk melakukan perjuangan secara bergerilya.
Belanda mendasarkan kekuatan pada alat militer dan logistic, tetapi ia tidak menyadari bahwa semangat perjuangan rakyat Indonesai mengebu mengebu dan bertekad “sekali merdeka tetap merdeka”.

• Pembagian front di Sumatera Barat.
1) Front A terletak di selat utara Agam, termasuk daerah Pasaman berpusat di Matur, pimpinan Letnan Kolonel A. Halim.
2) Front B, terletak di bagian selatan – timur Agam, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Dahlan Ibrahim bertempat di Tabek Patah.
3) Front Agam, dijadikan satu sector dan berkedudukan di Kamang dibawah pimpinan Mayor A. Thalib.

Hadirin yang terhormat…
• Di Daerah Resimen I
Sejak kota Bukittinggi di tinggalkan, daerah ini tetap bergolak. Pihak kita hampir setiap malam melancarkan serangan terhadap pos – pos Belanda konsilidasi pasukan kita disekiter Bukittinggi membuktikan bahwa Belanda hanya dapat menguasai kota yang setiap saat terancam oleh serangan gerilyawan – gerilyawan dari pasukan kita.

• Front Palupuh
Lubuk Sikaping ibu kota Kabupaten Pasaman waktu itu adalah satu sataunya ibu kota kabupaten di Sumatera Baratyang tidak dapat dikuasai musuh.
Belanda mencoba mendobrak pertahanan kita untuk mencapai Bonjol dan Lubuk Sikaping.
Karena untuk mencapai tujuannya ke lubuk Sikaping Belanda harus terlebih dahulu menembus pertahanan kita disekiter Palupuh yang dipertahankan kesatuan kesatuan moblig yang dipimpin oleh Isnpektur Polisi Amin Mahmud.
Pasukan moblig ditempatkan dekat kampung Palupuh yang berhadapan hadapan dengan kedudukan tentara Belanda, merupakan rantai kepungan bersama – sama dengan kesatuan – kesatuan tentara kita yang dipimpin oleh Letnan Amirullah dan Letu Johan.
Beberapa kali Belanda mencoba menabrak pertahanan kita didaerah ini, tetapi tetap tidak pernah tembus, sehingga mereka menamakan Palupuh “Het Kille Noorden”. Dalam gerakan ini mereka menemui perlawanan dari pihak kita, yang bertempur dengan semangat “Tuanku Imam Bonjol”, seorang anggota moblig gugur sebagai Kusuma Bangsa.

• Peristiwa Situjuh Batur.
Peristiwa Situjuh Batur dalam sejarah kemerdekaan Indonesia tidak dapat dilupakan. Kejadian ini sangat mengejutkan, karena memakan korban yang sangat banyak.
Situjuh Batur ditetapkan mejadi lokasi untuk rapat membicarakan lankah – langkah selanjutnya yang diambil dengan cepat untuk kepentingan perjuangan menghadapi Belanda. Yang hadir dalam rapat itu adalah petinggi – petinggi sipil dan militer di Sumatera Barat.
Pada tanggal 15 Januari 1948 jam 23.00 malam pertemuan yang bersejarah ini dimulai. Setelah pertukar pikiran, maka diambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1) Supaya diadakan koordinasi perjuangan yang lebih baik.
2) Melakukan pencegahan – pencegahan yang lebih aktif terhadap patroli – patroli Belanda.
3) Merusak jalan – jalan yang mungkin dilalui Belanda dan menumbangkan pohon – pohon kayu untuk dijadikan rintangan dijalan – jalan.
4) Penyiapan pasukan pasukan yang kuat untuk dipergunakan pada waktu mengadakan serangan serentak / serangan umum terhadap kota – kota yang telah diduduki Belanda.
Sehabis pertemuan kira – kira pukul 04.30 pagi, semua yang hadir bersalam salaman dan adanya yang berpelukan, kemudian kembali ketempat penginapan yang telah disediakan.
Kira – kira jam 05.00 pagi lokasi tempat rapat itu di Surau Kincir telah dikepung Belanda dari atas tebing. Tiba – tiba kedengaran tembakan beruntun dari atas tebing. Tembakan beruntun terjadi, sehingga memakan korban menjadi Kusuma Bangsa yaitu:
1) Chatib Sulaiman
2) Arisun St. Alamsyah
3) Letkol Munir Latief
4) Kapten Zainuddin Tembak
5) Letnan Azinar
6) Letnan Tantowi
7) Ahmad
8) Syamdul
Selain dari delapan orang ini disekitar dusun diSitujuh batur masih ada empat puluh orang lagi yang ditemui gugur akibat keganasan Belanda. Dahlan Ibrahim dengan segera bersimpuh terharu melihat mayat kawan – kawan yang telah sahid. Ia berdoa: Allah Yang Maha Bear, engkaulah yang lebih mengetahui kami dan berilah kesabaran kepada semua keluarga yang ditinggal mereka dan kami yang masih hidup ini berilah kekuatan serta keimanan buat meneruskan perjuangan yang suci ini. Amin.

• Penyerbuan Kedalam Kota Payakumbuh.
Pada akhir bulan Januari 1948 seluruh kekuatan yang berada di front pertempuran Lima Puluh Kota diperintahkan menyerang ke kota Payakumbuh yaitu;
Pasukan disektor utara yang dipimpin oleh Taijok Ashari, disektor Garuda Mas yang dipimpin oleh Nurmatias, sector Singa Haru yang dipimpin oleh Datuk Paduko Malano, Sektor Selatan dipimpin oleh Kamarudin Datuk Mangkudum.
Pada jam 21.00 malam semua pasukan telah bergerak masuk Kota Payakumbuh. Pada Jam 00.00 pasukan kita mulai menyerang pos – pos Belanda didalam Kota Payakumbuh karena jumlah pasukan kita jumlahnhya lebih besar pihak musuh tidak berani keluar dari posnya, selanjutnya terdengar tembakan – tembakan dari kedua belah pihak. Juga pasukan kita membakar rumah – rumah yang didiami oleh kaki tangan Belanda, sehingga cuaca menjadi terang benderang. Baru jam 05.00 pagi pasukan kita kembali dengan selamat, di perjalanan ditunggu oleh rakyat dan menyerahkan nasi bungkus sebagai ucapan terim kasihnya.

• Penyergapan di Ngalau Payakumbuh.
Ngalau adalah lokasi yang strategis untuk menghadang pasukan konvai Belanda yang menuju Bukittinggi atau sebaliknya, untuk menghadang pasukan musuh, sehari sebelumnya kita sudah siap dilokasi penyergapan, kelompok untuk menyergap tidak terlalu banyak, paling banyak lima orang saja. Perlengkapan yang kita pakai adalah granat tangan atau bom tank (yang diletakan dalam selokan ditepi jalan). Di saat konvai musuh lewat, bom tadi di tank dan terjadilah ledakan, sehingga menghalau kendaraan dan personal musuh yang berada didalam kendaraan itu. Setelah meledak, pasukan kita berlari berpencar pencar kepos kita masing. Di pihak musuh terjadi korban termasuk hancurnya kendaraan – kendaraan karena ledakan tadi.

• Penyerangan ke kedudukan Belanda di Kota Batusangkar.
Semua kekuatan yang berada di Front pertempuran Batusangkar dikerahkan untuk mempersiapkan penyerangan kedalam Kota Batusangkar. Pada jam 21.00 pasukan kita yang terdiri dari tentara keamanan (yaitu Tentara, Moblig, tentara Pelajar, Barisan baruisab Pemuda Bersenjata) telah bergerak maju sesuai dengan perintah yang telah ditetapkan. Pada jam 24.00 semua pasukan telah sampai kedekat sasaranya. Musuh telah mulai melakukan tembakan dan langsung dibalas oleh pasukan kita. Karena jumlah pasukan kita yang masuk ke kota itu dengan jumlah bessar, Belanda tidak bisa keluar dari posnya yang di benten ( sekarang kantor polisi), sehingga pasukan kita dengan leluasa menyerang pos – pos musuh diseluruh kota Batusangkar. Batusangkat dikuasai oleh pasukan kita sampai jam 05.00 pagi dan disaat pulang kepangkalan, diperjalanan rakyat menunggu dan menyerahkan nasi bungkus sebagai ucapan terima kasihnya.
Hadirin yang terhormat…
PENUTUP.
Seluruh sejarah perjuangan yang diangkat dalam tulisan ini dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Barat dalam periode 1945 – 1949 hanya sebahagian kecil saja kalau dibandingkan dengan apa yang telah diperjuangkan oleh seluruh rakyat Sumatera Barat. Kekuatan yang tangguh dalam perjuangan ini adalah bersatunya Pemerintah, Rakyat dan TNI (Tentara Nsioanal Indonesia), ditambah lagi pada waktu itu, walaupun rakyat Indonesia miskin dalam materi tetapi kaya dalam watak kebangsaan (bersatu padu, semangat juang yang tinggi dan rela berkorban)., sehingga cita – cita merebut dan mempertahankan kemerdekaan dapat tercapai. Harapan kita adalah agar generasi penerus mempunyai watak kebangsaan yang kaya, sehingga amanah dari Founding Fathers yaitu bebas dari kemiskinan dan bebas dari kebodohan dapat terlaksana dalam waktu yang tidak begitu lama.
Demikian saja yang dapat saya sampaikan semoga ada manfaatnya. Salah dan janggal saya mohon maaf… Wabillah taufik wal hidayah…
Wassalammualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh…

PENGABDIAN MASYARAKAT

PERJUANGAN DAHSYAT PARA PEMUDA 1945 – 1949
DI SUMATERA BARAT

Oleh: Dedi Asmara, SS

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ABDI PENDIDIKAN
PAYAKUMBUH
2011